Tuesday, September 13, 2011

Hidup adalah Pilihanmu

Original Author: Roger Lamb
Maka saya memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Ysayab, untuk memberikannya kepada mereka."
Ulangan 30:18-20
Saya membaca sebuah artikel baru-baru ini yang menjelaskan bagaimana beberapa orang dapat lebih ceria dan optimis karena genetika. Itu mungkin benar tapi jauh lebih banyak orang memilih untuk menjadi seperti itu - dengan iman.

John adalah tipe pria yang mungkin anda lebih suka benci. Dia selalu dalam suasana hati yang baik dan selalu memiliki sesuatu yang positif untuk dikatakan. Ketika seseorang bertanya bagaimana dia melakukannya, dia akan menjawab, “Jika saya lebih baik, saya berarti memiliki kembaran!”

Dia adalah seorang motivator alami.

Jika seorang karyawan sedang mengalami hari yang buruk, John ada di sana, memberitahu karyawan tersebut bagaimana melihat sisi positif dari situasi.

Melihat gayanya tersebut benar-benar membuatku penasaran, jadi suatu hari saya pergi dan bertanya padanya, “Saya tidak mengerti! Anda tidak mungkin menjadi orang yang positif sepanjang waktu kan? Bagaimana Anda melakukannya? "

Dia menjawab, "Tiap pagi saya bangun dan berkata pada diriku, Anda memiliki dua pilihan hari ini: Anda dapat memilih untuk berada dalam mood yang baik atau ... Anda dapat memilih untuk berada dalam mood yang buruk. Saya memilih untuk berada dalam mood yang baik. "

“Tiap kali sesuatu terjadi, saya dapat memilih untuk menjadi korban atau ... saya dapat memilih untuk belajar dari itu. Saya memilih untuk belajar dari itu.”

“Setiap kali seseorang datang kepada saya untuk mengeluh, saya bisa memilih untuk menerima keluhan mereka atau ... Saya bisa menunjukkan sisi positif dari kehidupan. Saya selalu memilih sisi positif dari kehidupan.”
“Yeah, benar, tapi itu tidak mudah, “ saya memprotes.
"Ya, itu dia," katanya. “Hidup adalah tentang pilihan. Ketika Anda membuang semua hal yang tidak penting, sebenarnya setiap situasi adalah sebuah pilihan. Anda memilih bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi. Anda memilih bagaimana orang lain mempengaruhi suasana hati Anda. Anda memilih untuk berada dalam mood yang baik atau bad mood. Intinya: Itu adalah pilihanmu, bagaimana kamu menghidupi hidupmu.”
Saya merenungkan apa yang dikatakannya. Tak lama kemudian, saya meninggalkan Industri Menara untuk memulai bisnis saya sendiri. Kami kehilangan kontak, tapi saya sering mengingatnya ketika saya membuat pilihan dalam hidup saya dan bukannya reaktif dengan itu.

Beberapa tahun kemudian, saya mendengar bahwa ia terlibat dalam sebuah kecelakaan serius, terjatuh sekitar 60 meter dari sebuah menara komunikasi. Setelah 18 jam operasi dan seminggu perawatan intensif, ia keluar dari rumah sakit dengan besi sebagai penyangga punggungnya.

Saya melihatnya sekitar enam bulan setelah kecelakaan. Ketika saya bertanya bagaimana keadaannya, ia menjawab, "Jika saya lebih baik, saya mungkin memiliki kembaran. Mau melihat bekas luka saya?"

Saya menolak untuk melihat luka-lukanya, tetapi saya bertanya-tanya apa yang dia pikirkan saat kecelakaan terjadi.

"Hal pertama yang terlintas dalam pikiran saya adalah kesejahteraan putri saya yang akan segera lahir," jawabnya. "Lalu, saat saya berbaring di tanah, saya ingat bahwa saya punya dua pilihan: saya bisa memilih untuk hidup atau ... saya bisa memilih untuk mati. Saya memilih untuk hidup.”

"Apakah kamu tidak takut? Apakah kamu kehilangan kesadaran? " Saya bertanya.

Ia melanjutkan, ".. paramedis bekerja sangat baik waktu itu.”

Mereka terus berkata bahwa saya akan baik-baik saja. Tapi saat mereka mendorongku ke ruang gawat darurat, saya melihat ekspresi wajah para dokter dan suster dan itu membuat saya takut. Di mata mereka, saya membaca "Dia akan mati”. Saya tahu saya harus mengambil tindakan. "

"Apa yang kaulakukan?" Saya bertanya.

"Yah, ada seorang perawat bertubuh besar meneriakkan pertanyaan pada saya," kata John. Dia bertanya apakah saya punya alergi. “Ya,” saya menjawab. "Para dokter dan perawat berhenti bekerja dan mereka menunggu jawabanku. Saya menarik napas dalam-dalam dan berteriak, “Gravitasi!!” Mereka langsung tertawa terbahak-bahak.

Ditengah tawa mereka, saya katakan, “Saya memilih untuk hidup. Operasilah saya seperti saya orang hidup, dan bukan mati.”

Dia hidup, berkat keahlian para dokter, tetapi juga karena sikap hidupnya yang mengagumkan. Saya belajar darinya bahwa tiap hari kita memiliki pilihan untuk hidup sepenuhnya.

Pada akhirnya, sikap, adalah segalanya.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Matius 6:34
Sebenarnya, hari ini adalah adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin, kan?

Tuesday, September 6, 2011

In Memorial: Peter Allen, Murid Yesus, Mahasiswa, dan Atlit yang Sukses

In Memorial: Peter Allen, Murid Yesus, Mahasiswa, dan Atlit yang Sukses

original post: Darren Overstreet

Peter Allen adalah mahasiswa sophomore (Mahasiswa tingkat kedua) di Universitas Washington dan dibaptis sebagai murid setahun yang lalu. Ketika kami pertama kali bertemu, saya langsung tertarik padanya, karena ia adalah jenis orang yang ingin didekati semua orang. Dia rohani, bicaranya lembut dan suka memberi semangat. Pada saat itu, ia berada di tim kru (tim dayung), mencoba untuk mendapat posisi di salah satu perahu top tingkat Freshman (anak baru). Dia tahan berlatih setiap pukul 6 pagi dengan beban kuliah penuh, tapi ia juga konsisten untuk berkumpul dua kali seminggu untuk mempelajari Alkitab. Ada beberapa studi dimana Peter sangat lelah, nyaris tidak bisa tetap terjaga. Tapi seperti semua hal, ia bertekun dan akhirnya menjadi saudara kita. Hari ini, dia sedang mempersiapkan untuk menjadi pemimpin diskusi Alkitab di kampus dan telah membantu sejumlah mahasiswa menjadi murid Yesus.

Peter telah memberi contoh dalam banyak bidang iman dan kehidupan, dan jadi saya bertanya apakah kita bisa menulis artikel tentang apa yang memotivasi dirinya. Dia dengan sedikit bergumul berhasil menulis beberapa hal tentang apa yang telah menginspirasinya untuk berhasil secara spiritual, olahraga, dan akademis. Ketika ditanya tentang menjadi pemimpin di kampus, dia menjawab,

"Saya tidak selalu melihat diri saya sebagai role model, atau bahkan contoh yang baik. Saya telah sangat diberkati dan diberikan banyak kesempatan dalam hidup saya sementara begitu banyak orang lain dalam hidup saya telah menghadapi banyak hal melebihi dari apa yang saya mungkin hadapi. Saya telah membuat banyak kesalahan dalam hidup saya dan juga banyak penyesalan. Saya telah mengacaukan banyak hubungan dan banyak kesempatan yang saya telah buang. Saya telah disakiti orang dan bahkan lebih banyak menyakiti mereka. Semua pengalaman ini, baik dan buruk, telah memberi saya perspektif dan membuat saya rendah hati, dan saya bersyukur untuk masing-masing dan setiap dari mereka karena tanpa mereka saya tidak akan terpengaruh oleh Alkitab atau melihat perlunya Allah dalam kehidupan saya. Kasih karunia Tuhan telah memberikan saya kemampuan untuk mengampuni orang lain dan memaafkan diri saya sendiri. Tanpa dia dan pengorbanan-Nya saya tidak mungkin dan tak akan pernah mungkin layak."

Ini sangat menyegarkan untuk melihat bahwa ada sikap semacam ini pada seseorang di dunia ini, di mana orang-orang cenderung ingin mengambil kredit untuk prestasi dan bakatnya. Saya melihat kejujuran dan kerendahan hatinya waktu mengatakan bahwa tanpa Allah, kita tidak akan memiliki apa-apa. Ini sangat benar bahwa Allah yang memberikan kita segala sesuatu untuk bekerja, namun Ia bertanya apa yang akan kita lakukan dengan itu.

"Saya belum memberi yang terbaik pada apapun yang saya lakukan, tapi saya pikir kesuksesan yang telah saya lakukan dalam hidup saya telah datang dari kesediaan saya untuk bekerja sekeras yang saya bisa, membiarkan Tuhan membantu saya, dan pada gilirannya memberikan kemuliaan kembali kepadanya."

Sebagai murid, mudah sekali untuk melupakan bahwa di tengah-tengah setiap prestasi kita ada Allah kita, seorang Ayah yang penuh kasih dan yang membuka jalan bagi kita agar kita bisa memberikan yang terbaik dalam segala hal, karena Ia telah memberikan yang terbaik kepada kita: dengan mengirimkan Anak tunggal-Nya untuk mencintai kita, memimpin kita, dan akhirnya mati untuk kita di kayu salib.
Ketika ditanya tentang hal-hal yang telah memotivasi dia di luar dari Salib, ia menyebutkan kutipan dari temannya di Stanford University, Marecic Owen, yang mengatakan "Berilah hari semua yang Anda miliki, karena apa yang Anda tetap simpan di dalam, akan hilang selamanya".

Sebagai murid Yesus di kampus, mudah sekali untuk melupakan bahwa Allah ingin kita untuk memberikan semua yang kita miliki dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Kita ditantang untuk melakukan segala sesuatu seolah-olah kita melakukannya untuk Tuhan. Bagaimana kita memperlakukan nilai-nilai kita, iman kita, dan pekerjaan kita harus mewakili komitmen kita kepada Yesus: bahwa dalam segala hal, kita harus memberikan 100%. Kadang-kadang kita bisa sedikit bingung dalam berapa banyak yang harus kita berikan untuk menjadi sukses baik dalam hal spiritual maupun sekuler. Mungkin karena kita khawatir tentang motivasi kita sendiri atau ambisi egois. Mengomentari itu, Peter mengatakan ini, "Ambisi dan motivasi diri dalam hidup saya begitu kuat sebelum saya menjadi murid Yesus dan ketika saya masih mempelajari Alkitab, namun itu tidak pernah berbuah sampai saya mengerti pengorbanan Yesus dan membuat motivasi saya untuk melayani lebih daripada ambisi egois saya sendiri. Kasih Kristus telah memberi saya perspektif yang lebih lengkap, lebih baik, dan lebih nyata pada kehidupan dan diri saya sendiri. Benih motivasi ditanam ketika saya masih muda, dan cinta mula-mula saya kepada Tuhan sekarang memungkinkan saya untuk bekerja keras untuk alasan yang tepat. Sekarang saya mencoba untuk memberi yang terbaik setiap hari, menyadari bahwa waktu adalah alat saya yang paling berharga dan bahkan keputusan terkecil (atau tidak memutuskan) akan membuat atau menghancurkan keefektifan saya sebagai murid Yesus. Saya mencoba untuk berbagi iman saya lebih lagi setiap hari. Setiap studi Alkitab atau saat teduh yang saya miliki adalah karena kasih Kristus mendorong saya. Saya bangga bagaimana Tuhan telah melatih saya, tapi saya masih membutuhkan Ia lebih lagi agar saya tetap memiliki hati yang lembut karena saya masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh dengan saya terus melayani-Nya.”

Sangat sukacita memiliki Peter sebagai saudara dan saya berharap melihat semua cara Tuhan menggunakan dia selama hidupnya. Peter telah bekerja keras setiap hari dan mempertimbangkan bergabung kembali dengan Tim Kru (dayung) Husky tahun ini. Dia saat ini memiliki IPK 3,54 di jurusan Biokimia.

_________________________________________________________________
Catatan penulis...
Peter Allen baru-baru ini telah pergi menghadap Bapa di Surga tepatnya tanggal 5 September 2011 dalam sebuah kecelakaan di bukit di Amerika. Ia terjatuh ketika ia hiking, yang merupakan salah satu hobinya, bersama teman-temannya. Ia jatuh dari tempat yang tinggi. Saya harap ketika kita telah membaca postingan ini, kita bisa sedikit mengenalnya, belajar darinya dan memberikan semangat untuk keluarga dan brosis yang ditinggalkan. Terima kasih. - Yohannes Affandy Siregar.
His Facebook Profile
His Funeral Facebook Invitation
Beberapa sharing dari saudara/i yang pernah bertemu dengannya.
Peter,
It just seemed like I talked with you a month ago at ICMC.... Your words of encouragement for me even though I had probably talked with you a couple of times. I had seen so much growth from you from the first time I met you to ICMC. God was working in tremendous ways through you to your crew members and the church and your family. I pray this opens doors for all of them to see that you were living for God and not for yourself. I am praying for your family, the Crew team, and the church. You have now reached salvation! I do wish I got to know you better and could have spent more time with you, but we will have time in heaven bro. I love you and I will miss you deeply. - John Biggerstaff

Thank You Peter, for the man of God that you are, and for the example that you set in our ministry. You are Dearly loved and missed. You will always be remembered. I love you so much. Can't wait to see you again, Well done Good and faithful servant, well done. - Kyle TheMan Winje

Peter, we love and miss you so much. we are all grieving because we miss you, but we know that you are partying it up with god in heaven. the views must be incredible. you have left such marks on all our lives, and will continue to inspire us even though you are gone. love you bro ♥ - Sara Brumley